Pengabdian Kami Untuk Gereja

Kamis, 03 Juli 2008

Indahnya Keterlibatan dan Keberpihakan

April 02, 2008

Indahnya Keterlibatan dan Keberpihakan

Oleh: FX. Sukendar W, Pr

Berpastoral berdasarkan data sudah menjadi wacana sekaligus praktek kita selama tahun-tahun terakhir menggereja kita di Bumi Sukowati ini, bahkan memang menjadi tekanan pokok dari Keuskupan Agung Semarang. Menjadi penting bagi kita, dan siapapun yang dipercaya menjadi pengurus suatu kegiatan atau kelompok, misalnya pengurus Dewan Paroki, Pengurus Mudika dan Tim Kerja atau paguyuban untuk membuat peta keadaan yang nyata dari orang-orang yang akan kita layani, juga situasi sekitar yang melingkungi. Memetakan permasalahan dan kondisi aktual yang dihadapi baru kemudian menentukan jenis kegiatan yang akan dibuat, menjadi cara bertindak yang perlu diupayakan dari waktu ke waktu.
Teman-teman muda (Pengurus Mudika Paroki yang dikomandani Mas Leo) setelah beberapa kali menangani kegiatan diantara mereka sendiri maupun dalam mendampingi calon baptis atau calon komuni pertama selalu mengusahakan membuat peta situasi aktual yang akan dihadapi. Membuat data pendampingan, siapa mereka dengan latar belakang yang melingkungi, juga dengan pengalaman yang telah mereka miliki, serasa sudah menjadi prosedur tetap yang mereka buat. Berdasarkan cara-cara seperti itu, kita mengupayakan cara pendampingan yang diharap­kan bisa memenuhi kebutuhan yang nyata, juga bisa dibawa kepada visi yang telah kita tetapkan.
Ketika kita tahu, bahwa anak-anak remaja kita (khususnya remaja putri – meminjam bahasanya Rm. Gitowiratmo pada waktu misa Riagung Paskah: “Prawan Kencur”), berminat nabuh gamelan, bahkan juga memainkan alat musik terbang, maka kitapun sangat kagum dan bersyukur. Pertama-tama bangga dan bersyukur untuk minat mereka sendiri, kemudian juga untuk dukungan dari keluarga serta kerelaan pendamping PIA-PIR serta Tim Kerja Paduan Suara dan Musik untuk menyediakan kesempatan dan pendampingan yang baik. Usaha perdana dengan buah penampilan pertama yang sangat bagus dan bisa dikembangkan lebih lanjut. Tentu pemikiran berikut, bagaimana kita bisa menggerakkan “Jaka-Jaka Kencur” berikutnya. Sebetulnya sudah ada minat dari beberapa remaja pria, namun kalau belum ada temannya yang cukup, maka usaha itu belum bisa dimulai. Perlu dibuat beberapa terobosan kegiatan yang bisa dipikirkan dan memberi kemungkinan untuk dikembangkan lebih lanjut namun berdasarkan pemetaan yang jelas.
Kegiatan yang juga muncul dan digerakkan oleh kerinduan beberapa orang muda yang kuliah di Jogja, Solo maupun Semarang, juga kerinduan anak-anak kita yang sekarang ini duduk di kelas akhir SMP maupun SMA/SMK, mereka belum siap sepenuhnya untuk menghadapi ujian akhir, bahkan juga dengan materi UAN yang lebih banyak. Kerinduan dan kesatuan hati mereka, ingin diwujudkan dengan dukungan rohani: SETIAP JAM 18.00, BERDOA SATU KALI BAPA KAMI DAN SALAM MARIA, sebagai dukungan nyata bagi kesatuan hati dan tekad untuk berhasil bagi anak-remaja dan kaum muda kita. Gerakan rohani yang muncul dari kerinduan, dari ungkapan hati ketika doa Taize setelah Perayaan Paskah, menjadi sebuah wujud dan usaha nyata menampakkan kebersamaan dan dukungan satu sama lain. Semoga usaha inipun berbuah melimpah karena dukungan banyak pihak. Khususnya keluarga-keluarga atau para orangtua mengerti bahwa ada gerakan rohani untuk berdoa setiap jam 18.00 sebagai bentuk dukungan yang nyata untuk proses pembelajaran teman-teman muda kita para pelajar.
Gerakan lain yang mulai perlu disadari dan dihidupkan diantara kita adalah gerakan solidaritas, berbagi lima roti dan dua ikan. Spriritualitas dasar untuk berbagi adalah kerelaan seorang anak yang dibekali oleh orangtua dengan lima roti dan dua ikan. Dari kerelaan anak ini, Yesus mengucap berkat dan membagi-bagikan kepada para murid untuk dibagikan kepada warga sesuai dengan kebutuhan. Semangat berbagi seperti itu yang kemudian kita nyatakan dalam Gerakan Kongres Ekaristi Keuskupan yang pertama di Keuskupan Agung Semarang. Semangat dasar membangun solidaritas di dalam keluarga bisa dimulai dengan menyisihkan uang makan harian (seribu hingga lima ribu untuk kepentingan derma dan sosial). Kerelaan membersihkan selokan atau fasilitas umum, hingga terjaga kebersihan dan kerapihan dari tim penilai. Indahnya kepedulian dan keberpihakan kiranya tidak cukup kalau hanya berhenti pada wacana, namun sungguh menjadi gerakan kehidupan nulai dari keluarga kita masing-masing. Kerelaan berbagi kasih dan perhatian juga bisa diterapkan dalam rangka solidaritas bagi siapapun yang membutuhkan uluran kasih dan kasih yang selalu menimpa. Tahun anak-remaja dan kaum muda ini menjadi peristiwa yang penting bagi perkembangan hidup berikutnya. Berkah Yesus Sang Sumber Hidup dan kemuliaan yang dianugerahkan kepada kita berkat kemurahan Allah, menjadi tanda penyertaan-Nya yang istimewa. Kitapun dipanggil mewujudkan***